Pembunuhan terus terjadi. Kita semua sepakat bahwa pembunuhan dengan alasan apapun sangat tidak dibenarkan. Tapi sadarkah kita, bahwa sistem
Pendidikan yang terus berjalan saat ini kebanyakan membunuh karakter siswanya ??
" ga bisa matematika berarti bodoh "
" kalau malas masa depannya suram "
" aktif, kreatif dan memiliki banyak ide dianggap nakal "
" kritis dan banyak bertanya dianggap kurang ajar "
Pendidikan formal yang setiap hari siswa-siswi belajar termasuk dari anak, adek dan keluarga kita masih menggunakan sistem pendidikan yang dapat membunuh karakter diri siswanya.
Cukuplah kita sebagai " korban " pembunuhan karakter itu yang sangat berdampak pada citra diri dan karakter kita. Kita semua adalah generasi yang merasakan Pola pendidikan yang memperlihatkan kelemahan dan kekurangan siswa, bukan menemukan dan mengembangkan potensi dirinya sehingga siswa dapat mengenali dan bangga pada kemampuan dirinya.
Hal ini telah terjadi sejak awal abad 19 dan terus berjalan sampai detik ini. Menurut paulo freire Pola pendidikan seperti ini adalah pola pendidikan "gaya bank" yang mana seorang guru menyampaikan materi sebanyak-banyaknya dan siswa harus siap mendengar, menampung, menghafal, dan menerimanya sebagai sebuah " pengetahuan " yang dianggapnya sangat penting untuk kehidupan siswanya. Dengan pola ini maka begitu banyak waktu, materi dan tenaga yang terbuang karena jati diri masing-masing siswa tidak terlihat seutuhnya dan potensi serta minat bakatnya tidak tersalurkan.
Bagi siswa yang tidak mampu menerima dan mengingat materi maka siswa tsb dianggap " anak bodoh " , " anak nakal " sehingga terbunuhlah karakter dirinya . Dia tidak memiliki reputasi diri, tidak memiliki kepercayaan diri dan kebanggan pada dirinya bahkan semangat belajarnya akan semakin rendah dan hilang.
Yang sangat disayangkan pula, kebanyakan orang tua juga turut mendukung pembunuhan karakter anaknya sendiri. Begitu banyak ungkapan dan pernyataan yang menghilangkan jati diri dan potensi anaknya. Ada beberapa ungkapan orang tua yang sengaja atau tidak disengaja merendahkan potensi dan karakter anaknya. Yang selalu mempermasalahkan kekurangan anak dan tidak melihat kelebihan anaknya. Akibatnya adalah rumah dan orang tua tidak lagi menjadi support system utama pertumbuhan dan pengembangan minat bakat dan potensi anaknya, MIRISS !